Wajah Indonesia Kedepan

Bookmark and Share
Terlintas di pikiran saya tentang "bagaimana ya wajah Indonesia 20 tahun lagi?". Hal ini langsung menjadi perdebatan sel-sel yang menyusun otakku karena mereka saling ngotot tentang kebenaran masing-masing.Hal ini muncul ketika ada seseorang yang menjadi inspirasi dalam hidupku (seseorang yang spesial lah pokoknya) menyarankan untuk mengikuti lomba karya tulis yang bertemakan wajah Indonesia 2020. Entah karena dia yang mengusulkan atau panggilan nurani sebagai salah satu warga Indonesia sehingga aku tertarik untuk mengkutinya.
Tak lama terlintas di benakku mengapa negeri ini mengalami krisis multidimensi. Padahal  pada tahun 60-an Indonesia mempunyai kedudukan yang sama secara ekonomi dengan negara-negara asia pasifik lainnya. Namun Ibarat sebuah pesawat terbang Negeri dengan sekitar 241 juta jiwa ini sialnya gagal untuk lepas landas. Sedangkan negara-negara lain sudah bisa melepaskan diri dari jerat penjajahan dalam arti yang luas.
Apakah sebenarnya dosa dari bangsa ini? Apakah cita-cita para pahlawan bangsa yang rela mengorbankan jiwa raganya tidak lagi mengalir di dalam darah para masyarakat Indonesia saat ini? Pasti mereka sangat sedih karena negeri yang mereka perjuangkan akhirnya menjadi salah satu permainan monopoli oleh orang-orang barat.

Banyak penyebab dari kegagalan lepas landas bangsa ini. Termasuk yang paling saya orang dapat lihat adalah kegagalan dalam waktu 30 tahun orde baru. Dalam masa itu wilayah-wilayah yang jauh dari ibukota jakarta dijadikan sebagai penghasil hasil bumi bagi negara ini. Namun yang membuat saya prihatin adalah tidak diperhatikannya nasib masyarakat yang ada disana. Mereka lah yang akan mendapatkan dampak dari rusaknya alam yang terus-menerus dieksplorasi tanpa adanya pembenahan sektor sosial disana. Tak heran ketika disana terjadi pemberontakan oleh golongan-golongan separatis yang menginginkan kemerdekaan atas tanah kelahirannya sendiri. Mereka pasti mempunyai pikiran bahwa sekarang mereka saat ini sedang dijajah oleh bangsa sendiri. Karena kemerdekaan mereka yang dibatasilah mereka merasa kesal dan ingin membentuk negara sendiri.
Setelah digulingkanya era otoriter orde baru bisa dikatakan Indonesia mengalami status Quo. Ini dimanfaatkan oleh para elite politik untuk berebut kekuasaan. Layaknya kumpulan ayam yang sedang berebut makan ketika dikasih butiran butiran beras. Namun apakah ada perubahan di negeri kita ini? Malah sekarang kita tertinggal dari negara-negara yang bisa dibilang dulunya mempunyai kesempatan untuk mengangkat derajat negaranya setelah kita.
Kenapa kita selalu ingin menAmerikakan negara kita? Ketergantungan kita pada IMF yang sudah jelas-jelas gagal di era orde baru ini kita adopsi lagi. Ibarat sebagai orang awam saja ketika kita memperbaiki mobil di bengkel namun hasilnya tidak memuaskan bahkan hanya membuat rusak negeri kita, apakah kita mau untuk memperbiki mobil kita ditempat yang sama? Jelas TIDAK
Untuk membangun Indonesia kita harus memulainya dari hal yang paling kecil saja. Yaitu memperbaiki sistem pendidikan yang ada di indonesia. Saya sangat sepakat kepada salah satu guru besar saya ketika ia berpendapat bahwa dunia pendidikan kita lebih memilih komputer yang bodoh untuk menguji kelayakan kelulusan dari anak didik kita. Seharusnya yang memiliki hak untuk menentukan kelulusan adalah guru yang bertemu dengan para siswa sehari-hari. Mereka lah yang lebih tahu apakah seorang siswa layak untuk diluluskan atau tidak.
Selain itu kreatifitas para siswa juga dimatikan karena yang mereka dapat dari sekolah hanyalah hal-hal yang bisa dicerna oleh otak kiri. Sedangkan kreatifitas erat kaitannya dengan otak kanan. Hal ini terbukti dari jumlah entrepreneur di indonesia malah kebanyakan bukan lulusan sekolah tinggi. Lantas apakah kita masih bisa bangga dengan ijazah sarjana kita kalau hanya akan menjadi budak-budak kolonialisme versi terbaru?
Lantas apa yang bisa kita lakukan untuk bumi pertiwi tanah kelahiran kita? Jika kita tidak mau keluar dari lingkaran setan ini wajah Indonesia kedepan akan sama dengan yang bisa kita lihat saat ini. Bahkan mungkin jauh lebih parah dari yang kita bayangkan. Jadi persiapkanlah dirimu untuk menjadi salah satu penggerak dan turut membangun dan menata kartu kembali. Kalau kita mau berusaha maka kita pasti bisa.

"YAKINKAN DENGAN IMAN, USAHAKAN DENGAN ILMU, SAMPAIKAN DENGAN AMAL"

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar